Selasa, 26 November 2019

Makna Bacaan Hamdalah | Sumber Ilmu Islami

 Mengucapkan Hamdalah hendaknya dilakukan oleh setiap muslim setelah selesi melaksanakan sesuatu atau mendapatkan rizqi dan hal lainnya. Karena menyadari sepenuhnya bahwa usaha beserta hasil usaha manusia tak lain karena atas izin Allah SWT dan karena kuasa-Nya lah manusia dapat menuai keberhasilan.

الْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن

" Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam "

Syair di atas mengisyaratkan bahwa setelah bacaan basmallah maka dilanjutkan dengan hamdallah. Hal ini sesuai pula dengan sunnah Nabi SAW. Karena sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang suka mengucapkan puji dan puja kepada-Nya

Dalam hadits marfu’ yang diriwayatkan oleh ad-Dailami diterangkan, “Sesungguhnya Allah senang akan pujian dari hamba yang suka memuji-Nya, dengan menjanjikan pahala. Diucapkan sebagai zikir bagi-Nya dan dijadikan tabungan yang sangat berharga baginya kelak di kemudian hari.”
Dalam kitab Badrul Munir disebutkan “Zikir dengan memuji Allah, menjadi pemeliharaan kenikmatan yang dianugerahkan oleh Allah agar nikmat itu tidak lenyap. Sebagaimana Zikir ketika akan berpakaian, atau aktifitas lainnya, yang berisi pujian kepada Allah“. Sedangkan Hamdallah yang paling utama adalah ucapan yang berbunyi :


“Segala Puji bagi Allah dengan semua pujian yang mampu memenuhi nikmat-nikmat-Nya dan mencukupi tambahan-Nya.” Seperti doa dan zikir Nabi Adam AS ketika Allah SWT menurunkannya ke bumi. Beliau memohon kepada Allah: “Wahai Tuhanku ajarilah kemahiran dalam mengerjakan sesuatu serta kalimat yang mengandung sebagus-bagus pujian“. Maka Allah SWT menurunkan Wahyu kepada Nabi Adam agar membaca pujian seperti bunyi zikir di atas. Sebanyak 3 X setiap pagi dan sore hari.
Para ‘arifin (orang-orang yang telah ma’rifah) menerangkan bahwa lafal Alhamdulillâh terdiri dari delapan huruf, sama jumlahnya dengan pintu surga. Barangsiapa yang mengucapkan dengan Ikhlas dan hati, ia berhak memasuki surga dari pintu mana dikehendakinya. Semua itu sebagai penghormatan baginya. Dan dalam hal ini dia akan memilih sesuai dengan apa yang telah ditetapkan Allah kepadanya Allah jualah Al-Muwaffiq Lil ‘Ûlâ (Penolong manusia untuk meraih jalan kemuliaan), karena ketaatan kepada Allah dan Rasul yang diikuti oleh rasa mahabbah yang sejati.
Pengertian Taufiq menurut bahasa adalah, mufaqat syai’ li syai’ (mufakatnya suatu dengan sesuatu lainnya). Menurut pengertian istilah, taufiq adalah merupakan kemampuan yang diciptakan Allah bagi hamba-Nya untuk memberi dorongan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya orang kafir tidak mendapatkan Taufiq dari Allah, karena tidak memiliki alat pendorong untuk melaksanakan ketaatan. Alah SWT Berfirman :

Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah, maka ia akan memperoleh petunjuk. Allah akan melapangkan dadanya untuk memaham ajaran Islam …“.
Allah SWT telah menciptakan sesuatu yang dapat memberi dorongan kepada seseorang agar mampu melaksanakan ketaatan dan mahabbah kepada-Nya.
Sebagian ulama berpendapat bahwasannya qudrah sebagai kata kemampuan melakukan takwa adalah sifat yang telah menyatu dengan ketaatan itu sendiri. Adapun sifat qudrah dan sifat taat, tidak dimiliki oleh orang kafir. Oleh karena itu ia tidak mendapat Taufiq dari Allah.
Ungkapan Hamdan Yuwâfî Birrahul Mutakâmilâ seperti tercantum dalam bunyi syair di atas, mengandung pengertian bahwa secara lahiriah pujian terhadap Allah sebanding dengan anugerah Allah. Sebab secara hakikat pujian manusia tidak akan mampu menandingi nikmat dan keagungan Allah, tidak mampu kamu menghitungnya.